At-Tadzkirah Imam Qurthubi

Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian Merupakan Bencana yang Sangat Mengerikan

(Foto: Muhamad Basuki)

Setelah memperhatikan apa yang sudah saya sampaikan tadi, maka ketahuilah bahwa kematian adalah bencana yang sangat mengerikan, peristiwa yang sangat dahsyat, dan petaka yang menghentikan segala kenikmatan dan kesenangan duniawi.

Kematian akan memisahkan anggota badanmu dan menghancurkan seluruh sendi-sendimu. kematian adalah sebuah peristiwa besar mencekam. Dan, hari kematian adalah awal yang akan menentukan nasibmu.

Ketika Khalifah Harun ar-Rasyid sakit keras, seorang tabib berkebangksaan Persia di datangkan. Ia disuruh melihat air seni sultan dan air seni beberapa orang sakit dan sehat. Lalu, ia mencoba memperhatikan botol-botol berisi air seni tersebut. Begitu melihat botol yang berisikan air seni sultan, si tabib menyuruh agar ia (sultan) segera berwasiat kepada keluarganya karena penyakitnya sudah cukup para. Dan, ketika memperhatikan botol-botol lainnya, ia pergi begitu saja. Sultan merasa putus asa terhadap dirinya sendiri, allu ia bersyair,

"Si tabib itu

meski pandai mengobati

ternyata dia tidak sanggup menolak ajal

yang datang menjelang

ia pun bisa mati

oleh penyakit yang ia obati sendiri

yang mengobati, yang diobati, pembuat

obat, dan penjual obat

semuanya pasti akan mati."

Konon, ketika orang-orang sudah ramai membicarakan tentang kematian Khalifah Harus ar-Rasyid. Mendengar penyakitnya semakin parah. Khalifah minta disiapkan seekor keledai lalu naik ke atasnya. Tidak berapa lama kemudian ia meminta diturunkan kembali karena sama sekali tidak nyaman.

Selanjutnya, ia meminta beberapa kain kafan dan memilihnya sendiri mana yang paling disukainya, selanjutnya kuburpun digali tepat di depan kamar tidurnya. Ketika ia melongokkan kepala untuk melihatnya, ia berkata, "Sudah tidak ada gunanya lagi hartaku, dan lepaslah kekuasaanku." Maka pada malam harinya ia pun meninggal.

Hai anak manusia, bagaimana pikiranmu tentang Malaikat Maut yang akan menghampirimu lalu pergi dengan membawa nyawamu. Malaikat yang mengubah padanganmu dan penglihatanmu serta merusak keindahan postur tubuhmu. Malaikat yang memaksamu berpisah dengan orang-orang tercinta, yang membalikkan keadaanmu yang semula bergemilang nikmat, bebas, kuat, terhormat, dan pemberani menjadi mayat yang segera dimasukkan ke liang lahad yang sempit dan gelap gulita oleh orang-orang yang dahulu menyayangimu dan menghormatimu?

Selanjutnya, kamu akan ditimbun pasir dan batu-batu. Dan, kamu hanyalah tinggal nama. Kamu telah tiada ditelan tanah dan diinjak-injak, bahkan, terkadang di atasnya didirikan dinding atau dijadikan tempat untuk menyalakan api.

Suatu hari, Ali bin Abi Thalib disodori sebuah bejana bersisikan air minum. Setelah memegang dengan tangan dan melihatnya, ia lalu berkata, "Allah pasti mengetahui, berapa banyak mata yang jeli serta pipi halus yang ada padamu."

Ada suatu cerita dua orang sedang bertengkar sengit soal sebidang tanah bangunan. Atas kehendak Allah, sepotong batu bata di sanan tiba-tiba bisa bicara, "Hai kalian berdua, sebenarnya apa yang kalian ributkan? Aku ini semula adalah seorang raja besar yang memiliki segala kekuasaan selama sekian tahun. Kemudian aku mati dan menjadi tanah. Seribu tahun kemudian aku diambil oleh seorang pembuat tembikar lalu dijadikannya sebuah bejana. Setelah dipakai hingga pecah, aku pun kembali menjadi tanah selama seribu tahun lagi. Kemudian aku diambil oleh seorang pembuat batu bata lalu dijadikannya aku sebuah batu bata, dan akhirnya aku menempel di dinding ini. Jadi untuk apa kalian bertengkar seperti itu."

Banyak cerita serupa yang intinya memberi pesan bahwa sesuatu yang sudah hancur lebur  itu bisa jadi baru lagi, dan bahwa semua yang bisa berubah bisa berubah lagi. Pada waktu masih muda, suatu hari aku bersama kawanku memindahkan tanah ke atas punggung binatang pengangkut dari sebuah pekuburan orang-orang Yahudi yang terletak di luar Cordoba. Tanah itu sudah bercampur dengan sisa-sisa tulang, daging, rambut, dan kulit orang-orang yang telah mati di sana. Tanah itu kami setorkan kepada para pengrajin tembikar.

Para ulama berkata bahwa perubahan itu hanya terkait dengan jasad dan badan bukan dengan roh, karena ia (roh) urusannya dengan Allah. Apa yang terpisah darimu tidak berarti hilang sia-sia, dan perpisahan antara nyawa dan jasad nanti akan berkumpul kembali kelak. Allah Ta`ala berfirman,

قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الْاَرْضُ مِنْهُمْ ۚوَعِنْدَنَا كِتٰبٌ حَفِيْظٌ ﴿ق [٥٠]:٤﴾

qad 'alimnā mā tangquṣul-arḍu min-hum, wa 'indanā kitābun ḥafīẓ

Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik. (Qaf [50]:4)

قَالَ فَمَا بَالُ الْقُرُوْنِ الْاُوْلٰى ﴿طه [٢٠]:٥١﴾

qāla fa mā bālul-qurụnil-ụlā

Dia (Fir‘aun) berkata, “Jadi bagaimana keadaan umat-umat yang dahulu?” (Ta Ha [20]:51)

قَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّيْ فِيْ كِتٰبٍۚ لَا يَضِلُّ رَبِّيْ وَلَا يَنْسَىۖ ﴿طه [٢٠]:٥٢﴾

qāla 'ilmuhā 'inda rabbī fī kitāb, lā yaḍillu rabbī wa lā yansā

Dia (Musa) menjawab, “Pengetahuan tentang itu ada pada Tuhanku, di dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh), Tuhanku tidak akan salah ataupun lupa; (Ta Ha [20]:52)

Penulis/Pewarta: Mualif
Editor: Abu Halima
©2025 Al-Marji

TAGS:

Berita Terkait