At-Tadzkirah Imam Qurthubi

Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian Adalah Kafarat Bagi Setiap Muslim

Cover halaman dalam kitab at-Tadzkirah Imam al-Qurthubi (Foto: Muhamad Basuki)

باب الموت كفارة لكل مسلم

أبو نعيم، «عن عاصم الأحول، عن أنس بن مالك قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الموت كفارة لكل مسلم» . ذكره القاضي أبو بكر ابن العربي في سراج المريدين له، وقال: فيه حديث صحيح حسن.

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Ashim al-Ahwal dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Kematian adalah kafarat bagi setiap muslim.” Hadis ini dituturkan juga oleh al-Qadhi Abu Bakar Ibnu al-Arabi dalam kitabnya, Siraj al-Muridin. Menurutnya, ini hadis sahih sekaligus hasan.

فصل: إنما كان الموت كفارة، لكل ما يلقاه الميت في مرضه من الآلام والأوجاع، وقد قال صلى الله عليه وسلم: «ما من مسلم يصيبه أذى، من مرض فما سواه إلا حط به سيئاته كما تحط الشجرة ورقها» . خرجه مسلم.

Kematian adalah kafarat bagi segala penderitaan dan kepedihan yang dialami oleh mayat sewaktu ditimpa penyakit. Dalam hadis riwayat Muslim, Nabi Saw. bersabda, “Setiap umat muslim yang ditimpa penderitaan, baik berupa sakit dan lainnya, itu merupakan balasan Allah terhadap perbuatan jahat yang dilakukan orang tersebut, sebagaimana batang pohon yang menggugurkan daun-daunnya.”

آلَمَ : menyakiti, menyakitkan, nyeri
الأوجاع : rasa sakit
رَقّ : lembaran

وفي الموطأ «عن أبي هريرة: عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: من يرد الله به خيراً يصب منه»

Disebutkan di dalam kitab al-Muwaththa’, sebuah riwayat dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa dikehendaki Allah dengan kebaikan, maka Allah akan mengujinya.”

وفي الخبر المأثور يقول الله تعالى: «إني لا أخرج أحدا من الدنيا، وأنا أريد أن أرحمه، حتى أوفيه بكل خطيئة كان عملها: سقما في جسده. ومصيبة في أهله وولده، وضيقاً في معاشه، وإفتاراً في رزقه، حتى أبلغ منه مثاقيل الذر فإن بقي عليه شيء شددت عليه الموت، حتى يفضي إلى كيوم ولدته أمه» .

Dalam sebuah hadis ma’tsur, Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak akan mengeluarkan (mematikan) seseorang dari dunia, sedang Aku berkehendak merahmatinya, sebelum Aku membalas kepadanya atas semua kesalahan yang pernah ia lakukan, berupa sakit di tubuhnya, musibah yang menimpa keluarga dan anaknya, kesempitan dalam hidupnya, kesulitan rezekinya, sampai hal-hal yang terkecil lainnya. Apabila masih ada sisa dosanya, maka Aku akan mempersulit dengan kematiannya, hingga akhirnya ia datang kepada-Ku seperti pada saat ia dilahirkan ibunya.”

قلت: وهذا بخلاف من لا يحبه ولا يرضاه كما في الخبر يقول الله تعالى: «وعزتي وجلالي لا أخرج من الدنيا عبداً أريد أن أعذبه، حتى أعذبه، حتى أوفيه يكل حسنة عملها بصحة في جسده، وسعة في رزقه، ورغد في عيشه، وأمن في سربه، حتى أبلغ منه مثاقيل الذر، فإن بقي له شيء هونت عليه الموت، حتى يفضي إلي وليس له حسنة يتقي بها النار» .

Ini berbeda dengan orang yang tidak dicintai dan tidak mendapat rida Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah riwayat yang menyatakan bahwa Allah Ta’ala berfirman, “Demi keperkasaan dan keagunganKu, Aku tidak akan mengeluarkan (mematikan) ‘dari dunia seorang hamba yang ingin Aku siksa, sampai Aku memenuhi setiap kebajikan yang pernah dilakukannya berupa kesehatan di tubuhnya, kelapangan pada rezekinya, kesenangan dalam kehidupannya, dan rasa aman di dalam perjalanannya sampai hal-hal terkecil lainnya. Jika masih ada sisa kebaikannya, Aku akan memudahkan kematiannya, sampai akhirnya ia datang kepada-Ku dalam keadaan tidak mempunyai kebajikan sama sekali untuk menjaga dirinya dari neraka.”

قلت: وفي مثل هذا المعنى ما خرجه أبو داود بسند صحيح فيما ذكر أبو الحسن بن الحصار «عن عبيد بن خالد السلمي وكانت له صحبة عن النبي صلى الله عليه وسلم: موت الفجأة أخذة أسف للكافر» ، ورواه أيضاً مرسلاً.

Hadis senada juga diterangkan Abu Daud dengan sanad yang sahih seperti yang dituturkan Abdul Hasan Ibnu al-Hishar dari Ubaid bin Khalid as-Sulami bahwa Nabi Saw. bersabda, “Kematian mendadak adalah hukuman yang menyedihkan bagi orang kafir.” Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Daud secara mursal.

وروى الترمذي عن عائشة رضي الله عنها: إنها راحة للمؤمن وأخذه أسف للكافر.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Aisyah, dia berkata, “Sesungguhnya kematian mendadak adalah kesenangan bagi orang mukmin, dan hukuman yang menyedihkan bagi orang kafir.”

وروى عن ابن عباس أن داود عليه السلام مات فجأة يوم السبت وعن زيد بن أسلم مولى عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: [إذا بقي على المؤمن من ذنوبه شيء لم يبلغه بعمله شدد عليه الموت ليبلغ بسكرات الموت وشدائده درجته من الجنة، وإن الكافر إذا كان قد عمل معروفاً في الدنيا، هون عليه الموت ليستكمل ثواب معروفه في الدنيا ثم يصير إلى النار] . ذكره أبو محمد عبد الحق.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, sesungguhnya pada hari Sabtu, Nabi Daud a.s. meninggal secara mendadak. Diriwayatkan dari Said bin Aslam, budak Umar bin Khaththab, dia berkata, “Jika seorang mukmin masih mempunyai dosa yang belum terhapus oleh amalnya, maka dia akan mendapat kesulitan ketika menghadapi kematiannya dengan tekanan sakaratul maut dan kedahsyatannya, yang akan menghantarkannya masuk ke dalam surga. Jika orang kafir melakukan kebajikan di dunia, maka Allah akan memudahkan kematiannya sebagai balasan atas kebajikannya di dunia. Kemudian di akhirat, ia masuk ke dalam neraka.” Hadis ini juga dituturkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq.

وخرج أبو نعيم الحافظ «من حديث الأعمش عن إبراهيم، عن علقمة، عن عبد الله قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نفس المؤمن تخرج رشحاً، وإن نفس الكافر تسل كما تسل نفس الحمار، وإن المؤمن ليعمل الخطيئة فيشدد بها عليه عند الموت ليكفر بها عنه.
وإن الكافر ليعمل الحسنة فيسهل عليه عند الموت ليجزي بها» ذكره أبو محمد عبد الحق، وذكر ابن المبارك أن أبا الدرداء رضي الله عنه ـ قال: [أحب الموت اشتياقاً إلى ربي، وأحب المرض تكفيراً لخطيئتي، وأحب الفقر تواضعاً لربي عز وجل] .

Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim al-Hafizh dari hadis al-A’masy dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah, dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Nyawa (roh) orang mukmin itu dicabut dengan perlahan-lahan. Sedangkan nyawa orang kafir dicabut secara kasar seperti mencabut roh keledai. Sungguh, seorang mukmin yang pernah berdosa di dunia, ia akan menemui kesulitan ketika akan meninggal, di mana kesulitan-kesulitan tersebut merupakan kafarat atas dosa-dosa di dunia. Adapun orang kafir yang melakukan kebaikan akan dipermudah kematiannya sebagai balasan atas kebajikannya tersebut.”

Ibnu al-Mubarak menyebutkan, sesungguhnya Abu Darda’ pernah berkata, “Aku mencintai kematian karena aku rindu kepada Tuhanku. Aku mencintai penyakit karena akan menghapus kesalahanku. Dan, aku mencintai kemiskinan karena akan membuatku tawadhu kepada Tuhanku ‘Azza wa Jalla.”

Penulis/Pewarta: Mualif
Editor: Abu Halima
©2025 Al-Marji

TAGS:

Berita Terkait