At-Tadzkirah Imam Qurthubi
Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Berbaik Sangka di Saat Meninggal dan Takut Kepada Alah
Foto: Muhamad Basuki (Foto: Muhamad Basuki)
باب لا يموت أحد وهو يحسن بالله الظن وفي الخوف من الله تعالى
Bab Berbaik Sangka di Saat Meninggal dan Takut Kepada Alah
مسلم «عن جابر قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول قبل وفاته بثلاثة أيام: لا يموتن أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله» أخرجه البخاري.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir, aku mendengar tiga hari sebelum wafatnya Rasulullah Saw., beliau bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.” Hadis ini diriwayatkan juga oleh Bukhari.
وذكره ابن أبي الدنيا في كتاب حسن الظن بالله وزاد: فإن قوماً قد أرادهم سوء ظنهم بالله فقال لهم تبارك وتعالى: {وذلكم ظنكم الذي ظننتم بربكم أرداكم فأصبحتم من الخاسرين} .
Hadis tersebut juga disebutkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab Husnu azh-Zhann Billah. Dia menambahkan, sesungguhnya, ada suatu kaum yang dibinasakan Allah karena mereka berburuk sangka kepada Allah. Maka, Allah Ta’ala berfirman kepada mereka, “Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu, (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi.” (QS. Fushshilat: 23)
ابن ماجه، «عن أنس أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل على شاب وهو في الموت فقال: كيف تجدك؟ فقال: أرجو الله يا رسول الله وأخاف ذنوبي، فقالرسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يجتمعان في قلب عبد مؤمن في مثل هذا الموطن إلا عطاء الله ما يرجو وأمنه مما يخاف» . ذكره ابن أبي الدنيا أيضاً، وخرجه الترمذي وقال: هذا حديث حسن غريب. وقد روى بعضهم هذا الحديث عن ثابت عن النبي صلى الله عليه وسلم مرسلاً.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bahwa Nabi Saw. pernah menjenguk seorang pemuda yang sedang kritis. Beliau bertanya, “Bagaimana perasaanmu” Dia menjawab, “Aku mengharapkan rida Allah, wahai Rasulullah dan aku juga mengkhawatirkan dosa-dosaku.” Lalu beliau bersabda, “Jika dalam hati seorang hamba mukmin ada dua perasaan seperti itu, Allah akan mengabulkan harapannya, dan menyelamatkannya dari apa yang dia takutkan.” Hadis ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi. Menurut Tirmidzi, hadis ini hasan sekaligus gharib, juga diriwayatkan dari Tsabit dari Nabi Saw. secara mursal.
وذكر الترمذي الحكيم في الأصل السادس والثمانين من نوادر الأصول: «حدثنا يحيى بن حبيب عن عدي قال، حدثنا بشر المفضل عن عوف عن الحسن أنه قال: بلغني عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: قال ربكم عز وجل: لا أجمع على عبدي خوفين ولا أجمع له أمنين. فمن خافني في الدنيا أمنته في الآخرة ومن أمنني في الدنيا أخفته في الآخرة» .
Tirmidzi dalam kitabnya, Nawadir al-Ushul, berkata, ia mendengar dari Yahya bin Habib dari Ady dari Basar al-Mufadhdhal dari Auf dari al-Hasan, dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, Tuhanmu ‘Azza wa Jalla telah berfirman, “Aku tidak menghimpun pada hamba-Ku dua rasa takut dan dua rasa aman. Barang siapa takut kepada-Ku di dunia, maka Aku akan membuatnya aman di akhirat. Dan, barang siapa merasa aman dari-Ku di dunia, maka Aku akan membuatnya takut di akhirat.”
«حدثنا أبو بكر بن سابق الأموي قال أبو مالك الجنبي عن جويبر عن الضحاك عن ابن عباس عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فيما يذكر من مناجاة موسى عليه السلام أنه قال: يا موسى إنه لن يلقاني عبد لي في حاضر القيامة إلا فتشته عما في يديه إلا ما كان من الورعين فإني أستحييهم وأجلهم فأكرمهم فأدخلهم الجنة بغير حساب»
Bersumber dari Abu Bakar bin Sabiq al Umawi dari Abu Malik al-Janbi dari Juwaibir dari adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas dari Rasulullah Saw. bahwa menyinggung tentang munajat Nabi Musa a.s., Allah berfirman, “Wahai Musa, sesungguhnya setiap hamba-Ku yang bertemu Aku pada hari Kiamat, nanti pasti akan Aku periksa apa yang ada pada kedua tangannya kecuali dari orang-orang yang wara’. Aku merasa malu kepada mereka dan akan memuliakan mereka serta memasukkannya ke dalam surga tanpa hisab.”
فمن استحيى من الله تعالى في الدنيا مما صنع استحيى الله تعالى من تفتيشه وسؤاله. ولم يجمع عليه حياءين، كما لا يجمع عليه خوفين
Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa merasa malu kepada Allah di dunia ini dari apa yang telah ia lakukan, maka Allah pun merasa malu memeriksa dan menanyainya. Tidak mungkin terkumpul dua rasa malu sekaligus padanya, sebagaimana juga tidak mungkin terkumpul padanya dua rasa takut.”
Berbaik sangka kepada Allah ... sekehendaknya.” Demikian diriwayatkan oleh Ahmad dan Hakim.
Diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, karena berbaik sangka kepada Allah adalah harga (bayaran) dari surga.” Hadis daif ini diriwayatkan juga oleh al-Khatib dalam Tarikh Baghdad.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “Tiang, target, dan tujuan utama agama adalah berbaik sangka kepada Allah. Barang siapa di antara kalian yang meninggal dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, maka dia akan masuk ke dalam surga dengan perasaan lega.”
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Demi Allah yang tiada tuhan selain Allah, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan sangkaan yang sama kepadanya. Hal ini karena segala kebajikan ada di tangan-Nya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu al-Mubarak dari Sufyan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Apabila kalian melihat seseorang hendak meninggal, berilah ia kabar gembira supaya ia bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan berbaik sangka kepada-Nya. Dan, apabila ia dalam keadaan hidup, maka berilah kabar yang menakutkan.”
Al-Fudhail berkata, “Dalam keadaan sehat, rasa takut seorang hamba lebih baik daripada berharap. Tetapi, ketika hendak meninggal, berharap itu lebih baik daripada rasa takut.”Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dari Yahya bin Abdullah al-Bashri dari Sawwar bin Abdullah dari Mu’tamir, dia berkata, ketika ayahku hendak meninggal, dia berkata kepadaku, “Hai Mu’tamir, ceritakan kepadaku keringanan-keringanan agar nanti aku bertemu Allah dalam keadaan berbaik sangka kepada-Nya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dari ‘Amr bin Muhammad bin-Naqid dari Khalf bin Khalifah dari Hushain dari Ibrahim, dia berkata, “Orang-orang salaf suka sekali memberitahukan amal kebajikan seseorang yang hendak meninggal sehingga ia berbaik sangka kepada Tuhannya ‘Azza wa Jalla.”
Tsabit al-Banani bercerita, ada seorang pemuda yang terkenal bandel sehingga sering membuat kesal ibunya. Sewaktu hendak meninggal, ibunya dengan penuh kasih sayang menghampirinya dan berkata, “Hai anakku, aku telah memperingatkanmu tentang kesudahan kamu seperti ini.” Dia menjawab, “Wahai ibu, sesungguhnya aku mempunyai Tuhan yang sangat dermawan dan baik. Hari ini aku masih berharap mudah-mudahan Dia tidak kikir atas kebaikan-Nya padaku.” Akhirnya, anak itu dikasihani Allah berkat prasangkanya yang baik kepada Allah Ta’ala.
Suatu hari ‘Amr bin Dzar bersama kedua orang sahabatnya Ibnu Abi Daud dan Abu Hanifah. Dia berkata, “Ya Allah, masa Engkau akan menyiksa kami, sementara kami mengesakan Engkau? Aku tidak pernah melihat Engkau melakukan seperti itu. Ya Allah, ampunilah orang yang bersikap seperti para tukang sihir Fir’aun. Engkau mengampuninya Karena mereka mengatakan, “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam.” (QS. asy-Syu’ara’: 47)
Mendengar ucapan tersebut, Abu Hanifah berkata, “Semoga Allah merahmatimu, sepeninggalmu nanti, caramu itu tetap saja haram.”
Konon setiap kali Yahya bin Zakaria bertemu dengan Isa putra Maryam, ia (Yahya) bermuka cemberut, padahal Isa sudah berusaha untuk tersenyum. Ketika ditanya oleh Isa mengapa cemberut, Yahya bin Zakaria menjawab, “Karena setiap kali bertemu denganmu, kamu selalu tersenyum, seolah-olah kamu sudah merasa aman di dunia ini.” Allah kemudian mewahyukan kepada mereka berdua, “Sesungguhnya di antara kalian berdua yang Aku cintai ialah yang paling baik prasangkanya kepada-Ku.” Demikian Khabar Israiliyat ini.
Zaid bin Aslam berkata, pada hari Kiamat kelak, seseorang dihadapkan kepada Allah, lalu Allah berfirman kepada malaikat, “Bawa pergi orang ini ke neraka.” Dia lalu bertanya, “Ya Tuhanku, lalu bagaimana dengan shalat dan puasaku?” Allah lalu menjawab, “Hari ini, Aku putuskan kamu dari rahmat-Ku, sebagaimana kamu telah memutuskan hamba-hamba-Ku dari rahmat-Ku sewaktu kamu hidup di dunia.”
Berkaitan dengan itu semua, Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ وَمَنْ يَّقْنَطُ مِنْ رَّحْمَةِ رَبِّهٖٓ اِلَّا الضَّاۤلُّوْنَ
“Dia (Ibrahim) berkata, “Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat.” (QS. al-Hijr: 56)
Penulis/Pewarta: Mualif
Editor: Abu Halima
©2025 Al-Marji
TAGS:
Berita Terkait
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Larangan Mengharap Mati Karena Ditimpa Cobaan Harta Maupun Kesehatan
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Hakikat Kematian
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Boleh Mengharapkan Mati untuk Menyelamatkan Agama
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Mengingat Mati dan Persiapan Menghadapinya
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Hikmah Mengingat Mati
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Orang Cerdas Adalah Orang Yang Dapat Mengendalikan Nafsu
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Mengingat Kematian dan Akhirat, Serta Zuhud Terhadap Dunia
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Hukum Ziarah Kubur Bagi Laki-laki dan Perempuan
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Faedah Ziarah Kubur
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Keadaan Ayah dan Ibu Nabi Saw. di Akhirat
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Doa Saat Tiba di Kuburan, Serta Hukum Menangis di Sisi Kuburan
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Beberapa Larangan Saat Ziarah Kubur
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Orang Mukmin Meninggal dengan Keringat di Keningnya
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Keadaan Roh Orang Mukmin dan Kafir Saat Keluar dari Jasad
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian itu Didahului dengan Sakaratul Maut
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Malaikat Maut
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Sakaratul Maut yang Dialami Para Nabi
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian Terdapat di Tiga Alam
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian Merupakan Bencana yang Sangat Mengerikan
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian Adalah Kafarat Bagi Setiap Muslim
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Menalkinkan Mayat Dengan Kalimat La ilaha illallah
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Tata Cara Talkin
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Berkata Baik Ketika Menghadiri Orang Meninggal
Baca Juga
- Terjemah Syarah Kitab Tijan Darori - Sifat Amanah bagi Rasul dan Lawannya
- Terjemah Fathul Qarib - Mengusap (Muzah) Sepatu
- Terjemahan Riyadus Shalihin: Bab 14. Berlaku Wajar dalam Beribadah
- Terjemah Syarah Kitab Tijan Darori - Sifat Tabligh bagi Rasul dan Lawannya
- Ayat Al-Quran yang Memerintahkan untuk Taat Kepada Allah dan Rasul
- Dzikir Setelah Salat dalam Kitab Perukunan Melayu
- Kumpulan Hadis Tentang Zuhud
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 10. Bersegera Kepada Kebaikan Dan Menganjurkan Kepada Orang Yang Menuju Kebaikan Supaya Menghadapinya Dengan Sungguh-sungguh Tanpa Keragu-raguan
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian Terdapat di Tiga Alam
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Tata Cara Talkin