Terjemah Syarah Kitab Tijan Darori - Sifat Fathanah bagi Rasul dan Lawannya

()

(وَيَجِبُ فِي حَقِّهِمْ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْفَطَانَةُ) وَهِيَ الْتَيَقُّظُ لِإِلْزَامِ الْخُصُوْمِ وَإِبْطَالِ دَعَاوِيْهِمْ الْبَاطِلَةِ

(وَضِدُّهَا الْبَلَادَةُ) أَيِْ الْغَفْلَةُ

(Dan wajib pada hak para Rasul a.s. sifat fathanah (cerdas)) yaitu siap siaga untuk mengalahkan musuh dalam berdebat dan membatalkan pengakuan mereka yang batil.

فِطْنَة : kelihaian, ketajaman, pengertian yang mendalam, ketajaman pikiran, kecerdasan
التيقظ : kewaspadaan
خَصْم :
1. lawan, musuh, antagonis, seteru
2. diskon, rabat

(Adapun sifat lawanannya adalah Baladah (bodoh)), yakni lalai.

(وَالدَّلِيْلُ عَلَى ذَلِكَ) أَيْ وُجُوْبِ الْفَطَانَةِ لَهُمْ عَلَيْهِمُ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ (أَنَّهُ) أَيِْ الشَّأْنَ (لَوِ انْتَفَتْ عَنْهُمْ الْفَطَانَةُ لَمَا قَدَرُوْا أَنْ يُقِيْمُوْا حُجَّةً عَلَى الْخَصْمِ

(Adapun dalil atas hal itu) yakni wajibnya sifat Fathanah bagi para Rasul a.s. (adalah bahwa sesungguhnya) keadaan (seandainya tidak terdapat pada mereka sifat fathanah tersebut, pastilah mereka tidak mampu untuk menegakkan dalil-dalil atas lawan-lawan mereka.

شَأْن : perihal, urusan, perhatian, bisnis, kondisi, situasi, arti penting, makna, kedudukan, gengsi

(وَهُوَ) أَيْ عَدَمُ الْقُدْرَةِ عَلَى إِقَامَةِ الْحُجَّةِ (مُحَالٌ لِأَنَّ الْقُرْآنَ دَلَّ فِي مَوَاضِعَ كَثِيْرَةٍ عَلَى إِقَامَتِهِمُ الْحُجَّةَ عَلَى الْخَصْمِ)

(Dan hal itu) yakni mereka tidak mampu menegakkan alasan (adalah mustahil. Karena sesungguhnya Al-Qur’an telah menunjukkan di banyak tempat bahwa mereka mampu untuk menegakkan alasan tehadap musuh-musuh).

كَقَوْلِهِ تَعَالَى وَتِلْكَ أَيْ حُجَّةُ إِبْرَاهِيْمَ عَلَى قَوْمِهِ حُجَّتُنَآ أَتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيْمَ

Seperti Firman Allah ta’ala : Dan itulah yakni alasan-alasan Nabi Ibrahim terhadap kaumnya, hujjah Kami yang kami berikan kepada Ibrahim … (QS. 6 Al-An’am : 83).

وَكَقَوْلِهِ تَعَالَى حِكَايَةً عَنْ قَوْمِ نُوْحٍ يَا نُوْحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَاَكْثَرْتَ جِدَالَنَا

Dan seperti Firman Allah ta’ala mengenai hikayat Nabi Nuh : … hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantahan dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, … (QS. 11, Surah Hud : 32)

وَكَقَوْلِهِ تَعَالَى وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ أَيْ بِالطَّرِيْقِ الَّتِي تَشْتَمِلُ عَلَى نَوْعِ إِرْفَاقٍ بِهِمْ

Dan seperti Firman Allah ta’ala : … dan bantahlah mereka dengan cara yang baik … (QS. 16, Surah An-Nahl : 125) maksudnya dengan cara-cara yang mengandung sebersit kasih sayang terhadap mereka.

وَمَنْ لَمْ يَكُنْ فَطِنًا لَا يُمْكِنُهُ إِقَامَةُ الْحُجَّةِ وَلَا الْمُجَادَلَةُ

Dan siapa saja yang tidak cerdas tidak mungkin baginya untuk menegakan alasan-alasan dan berdebat.

وَهَذِهِ الْآيَاتُ وَإِنْ كَانَتْ وَارِدَةً فِي بَعْضِهِمْ إِلَّا أَنَّ مَا ثَبَتَ لِبَعْضِهِمْ مِنَ الْكَمَالِ الَّذِي لَا يَتِمُّ الْمَقْصُوْدُ إِلَّا بِهِ يُثْبِتُ لِجَمِيْعِهِمْ

Ayat-ayat ini meskipun turun hanya menerangkan sifat fathanah pada sebagian para Rasul saja, tetapi sesungguhnya kesempurnaan sifat yang telah tetap bagi sebagian mereka, yang tidak akan bisa sempurna suatu maksud kecuali dengan hal tersebut, dapat menetapkan kepada mereka para Rasul semuanya.

فَثَبَتَتِ الْفَطَانَةُ لِلْجَمِيْعِ وَإِنْ لَمْ يَكُوْنُوْا رُسُلًا بَلْ أَنْبِيَاءَ فَقَطْ

نِعْمَ الْوَاجِبُ لِلأَنْبِيَاءِ مُطْلَقُ الْفِطْنَةِ

Maka tetaplah sifat fathanah bagi seluruh para Rasul, meskipun tidak semua mereka adalah para Rasul, hanya sebagai para Nabi saja.

Sebaik-baik sifat yang wajib bagi para Nabi adalah Fathanah secara mutlak.

وَأَمَّا الرُّسُلُ فَالْوَاجِبُ لَهُمْ كَمَالُ الْفِطْنَةِ وَإِذَا ثَبَتَتْ لَهُمْ هَذِهِ الصِّفَاتُ الْأَرْبَعَةُ اسْتَحَالَ عَلَيْهِمْ أَضْدَادُهَا

Adapun para Rasul maka yang wajib bagi mereka adalah Fathanah yang sempurna.

Dan manakala telah tetap bagi mereka sifat-sifat yang empat macam ini, maka mustahillah atas mereka sifat-sifat lawanannya.

وَمَعْنَى اسْتِحَالَتِهَا عَدَمُ قَبُوْلِهَا الثُّبُوْتَ بِالدَّلِيْلِ الشَّرْعِيِّ

Adapun pengertian kemustahilan sifat-sifat lawanan itu adalah tidak menerimanya sifat-sifat tersebut untuk ditetapkan dengan dalil-dalil syar’i.

Penulis/Pewarta: Muhamad Basuki
Editor: Abu Halima
©2025 Al-Marji

TAGS:

Berita Terkait