Riyadhus Shalihin
Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 5. Muraqabah (Menjaga Diri)
Tampilan cover dalam kitab Riyadus Shalihin cetakan DKI. (Foto: Muhamad Basuki)
5 - باب المراقبة
قَالَ الله تَعَالَى: {الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ} [الشعراء: 219 - 220]، وَقالَ تَعَالَى: {وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُم} [الحديد:4]، وَقالَ تَعَالَى: {إِنَّ اللهَ لا يَخْفَى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ} [آل عمران: 6]، وَقالَ تَعَالَى: {إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ} [الفجر: 14]، وَقالَ تَعَالَى: {يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر: 19] وَالآيات في البابِ كثيرة معلومة.
Allah Ta'ala berfirman, "Dialah yang melihatmu ketika engkau berdiri dan juga gerak tubuhmu di antara orang-orang yang bersujud." (asy-Syu`ara' : 218-219)
Allah Ta'ala berfirman pula, "Dan Dia adalah besertamu di mana saja engkau semua berada." (al-Hadid: 4)
Allah Ta'ala berfirman lagi, "Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi baik di bumi ataupun di langit."(Ali-Imran: 5)
Lagi firmannya Allah Ta'ala, "Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi."(al-Fajar: 14)
Juga firmannya Allah Ta'ala, "Dia Maha Mengetahui akan kekhianatan mata dan apa saja yang tersembunyi dalam hati." (al-Mu'min: 19)
Ayat-ayat yang mengenai bab ini banyak sekali dan kiranya dapat dimaklumi.
Adapun Hadis-hadisnya ialah,
60 - وأما الأحاديث، فالأول: عن عمر بن الخطاب - رضي الله عنه - قَالَ: بَيْنَما نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - ذَاتَ يَومٍ، إذْ طَلَعَ عَلَينا رَجُلٌ شَديدُ بَياضِ الثِّيابِ، شَديدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لا يُرَى عَلَيهِ أثَرُ السَّفَرِ، وَلا يَعْرِفُهُ مِنَّا أحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيهِ إِلَى رُكْبتَيهِ، وَوَضعَ كَفَّيهِ عَلَى فَخِذَيهِ ، وَقالَ: يَا مُحَمَّدُ، أخْبرني عَنِ الإسلامِ، فَقَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «الإسلامُ: أَنْ تَشْهدَ أَنْ لا إلهَ إلاَّ الله وأنَّ مُحمَّدًا رسولُ الله، وتُقيمَ الصَّلاةَ، وَتُؤتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البَيتَ إن اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبيلًا». قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقهُ! قَالَ: فَأَخْبرنِي عَنِ الإِيمَانِ. قَالَ: «أنْ تُؤمِنَ باللهِ، وَمَلائِكَتِهِ، وَكُتُبهِ، وَرُسُلِهِ، وَاليَوْمِ الآخِر، وتُؤْمِنَ بالقَدَرِ خَيرِهِ وَشَرِّهِ». قَالَ: صَدقت. قَالَ: فأَخْبرني عَنِ الإحْسَانِ. قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأنَّكَ تَرَاهُ، فإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فإنَّهُ يَرَاكَ». قَالَ: فَأَخْبِرنِي عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ: «مَا المَسْؤُولُ عَنْهَا بأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ». قَالَ: فأخبِرني عَنْ أَمَاراتِهَا. قَالَ: «أنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا، وأنْ تَرَى الحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ في البُنْيَانِ». ثُمَّ انْطَلقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ: «يَا عُمَرُ، أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟» قُلْتُ: اللهُ ورسُولُهُ أعْلَمُ. قَالَ: «فإِنَّهُ جِبْريلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ أَمْرَ دِينكُمْ» . رواه مسلم.
ومعنى «تَلِدُ الأَمَةُ رَبَّتَهَا» أيْ سَيِّدَتَهَا؛ ومعناهُ: أَنْ تَكْثُرَ السَّراري حَتَّى تَلِدَ الأَمَةُ السُّرِّيَّةُ بِنْتًا لِسَيِّدِهَا وبنْتُ السَّيِّدِ في مَعنَى السَّيِّدِ وَقيلَ غَيْرُ ذلِكَ.
وَ «العَالَةُ»: الفُقَراءُ. وقولُهُ: «مَلِيًّا» أَيْ زَمَنًا طَويلًا وَكانَ ذلِكَ ثَلاثًا
60. Pertama: Dari Umar bin al-Khaththab r.a. katanya, "Pada suatu ketika kita semua duduk di sisi Rasulullah Saw. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di muka kita seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak tampak padanya bekas berpergian dan tidak seorang pun dari kita semua yang mengenalnya, sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi Saw. lalu menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan berkata, "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam." Rasulullah Saw. lalu bersabda, "Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau engkau kuasa jalannya ke situ." Orang itu berkata, "Tuan benar." Kita semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata lagi, "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman. "Rasulullah Saw. bersabda, "Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari penghabisan (kiamat) dan hendaklah engkau beriman pula kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk-semuanya dari Allah jua." Orang itu berkata, "Tuan benar. "Kemudian katanya lagi, Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan. "Rasulullah Saw. menjawab, "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihat-Nya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu." Ia berkata, "Tuan benar." Katanya lagi, "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari kiamat." Rasulullah Saw. menjawab, "Orang yang ditanya tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya. Orang itu berkata pula, "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang tanda-tandanya."Rasulullah Saw. menjawab, "Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar. Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya berdiam diri beberapa saat lamanya, kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Umar, adakah engkau mengetahui siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya." Rasulullah Saw. lalu bersabda, "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat Muslim).
Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan tuannya sendiri. Tetapi ada sebagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu maksudnya.
Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir.
Adapun kata Maliyyan artinya waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.
61 - الثاني: عن أبي ذر جُنْدُب بنِ جُنادَةَ وأبي عبدِ الرحمانِ معاذِ بنِ جبلٍ رضي الله عنهما، عن رسولِ الله - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «اتَّقِ الله حَيْثُمَا كُنْتَ وَأتْبعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن».
61. Kedua: Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu Mu'az bin Jabalradhiallahu 'anhuma dari Rasulullah Saw. sabdanya, "Bertaqwalah kepadaAllah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat menghapuskan kejelekan tadi dan pergaulilah para manusia dengan budi pekerti yang bagus." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
62 - الثالث: عن ابنِ عباسٍ رضي الله عنهما، قَالَ: كنت خلف النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - يومًا، فَقَالَ: «يَا غُلامُ، إنِّي أعلّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَألْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ: أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبهُ اللهُ لَكَ، وَإِن اجتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إلاَّ بِشَيءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحفُ ». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن صحيح».
62. Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya, "Pada suatu hari saya berada di belakang Nabi Saw., lalu beliau bersabda: "Hai anak, sesungguhnya saya hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, "Peliharalah Allah , pasti Allah akan memeliharamu, peliharalah Allah, pasti engkau akan dapati Dia di hadapanmu. Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan jikalau engkau meminta pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu kepada Allah pula. Ketahuilah bahwasanya sesuatu umat ini, apabila berkumpul hendak memberikan kemanfaatan padamu dengan sesuatu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan kemanfaatan itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Juga jikalau umat itu berkumpul hendak memberikan bahaya padamu dengan sesuatu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan bahaya itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran kertas telah kering. "Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.
63 - الرابع: عن أنسٍ - رضي الله عنه - قَالَ: إِنَّكُمْ لَتعمَلُونَ أعْمَالًا هي أدَقُّ في أعيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ، كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - مِنَ المُوبِقاتِ. رواه البخاري. وَقالَ: «المُوبقاتُ»: المُهلِكَاتُ.
63. Keempat: Dari Anas r.a., katanya, "Sesungguhnya engkau semua pasti melakukan berbagai amalan, yang amalan-amalan itu adalah lebih halus menurut pandangan matamu daripada sehelai rambut. Tetapi kita semua di zaman Rasulullah Saw. menganggapnya termasuk golongan dosa-dosa yang merusakkan." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ia mengatakan bahwa arti Almubiqat ialah apa-apa yang merusakkan.
64 - الخامس: عن أبي هريرةَ - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «إنَّ الله تَعَالَى يَغَارُ، وَغَيرَةُ الله تَعَالَى، أَنْ يَأتِيَ المَرْءُ مَا حَرَّمَ الله عَلَيهِ » متفق عَلَيهِ. و «الغَيْرةُ»: بفتحِ الغين، وَأَصْلُهَا الأَنَفَةُ.
64. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw., sabdanya, "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seorang manusia mendatangi apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih)
65 - السادس: عن أبي هريرةَ - رضي الله عنه: أنَّه سَمِعَ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - يقُولُ: «إنَّ ثَلاثَةً مِنْ بَني إِسْرَائِيلَ: أبْرَصَ، وَأَقْرَعَ، وَأَعْمَى، أَرَادَ اللهُ أَنْ يَبْتَليَهُمْ فَبَعَثَ إِليْهمْ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيءٍ أَحَبُّ إلَيْكَ؟ قَالَ: لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ؛ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ وَأُعْطِيَ لَونًا حَسنًا. فَقَالَ: فَأيُّ المَالِ أَحَبُّ إِليكَ؟ قَالَ: الإِبلُ - أَوْ قالَ: البَقَرُ شكَّ الرَّاوي - فَأُعطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ، فَقَالَ: بَاركَ الله لَكَ فِيهَا.
فَأَتَى الأَقْرَعَ، فَقَالَ: أَيُّ شَيءٍ أَحَبُّ إلَيْكَ؟ قَالَ: شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي هَذَا الَّذِي قَذِرَني النَّاسُ؛ فَمَسَحَهُ فَذَهبَ عَنْهُ وأُعْطِيَ شَعرًا حَسَنًا. قالَ: فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِليْكَ؟ قَالَ: البَقَرُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلًا، وَقالَ: بَارَكَ الله لَكَ فِيهَا.
فَأَتَى الأَعْمَى، فَقَالَ: أَيُّ شَيءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: أَنْ يَرُدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأُبْصِرُ النَّاسَ؛ فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ بَصَرهُ. قَالَ: فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِليْكَ؟ قَالَ: الغَنَمُ، فَأُعْطِيَ
شَاةً والدًا، فَأَنْتَجَ هذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكانَ لِهذَا وَادٍ مِنَ الإِبلِ، وَلِهذَا وَادٍ مِنَ البَقَرِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الغَنَمِ.
ثُمَّ إنَّهُ أَتَى الأَبْرَصَ في صُورَتِهِ وَهَيئَتِهِ، فَقَالَ: رَجلٌ مِسْكينٌ قَدِ انقَطَعَتْ بِيَ الحِبَالُ في سَفَري فَلا بَلاغَ لِيَ اليَومَ إلاَّ باللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذي أَعْطَاكَ اللَّونَ الحَسَنَ، والجِلْدَ الحَسَنَ، وَالمَالَ، بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ في سَفَري، فَقَالَ: الحُقُوقُ كثِيرةٌ. فَقَالَ: كأنِّي أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ فقيرًا فأعْطَاكَ اللهُ!؟ فَقَالَ: إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا المالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ: إنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.
وَأَتَى الأَقْرَعَ في صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذا، وَرَدَّ عَلَيهِ مِثْلَ مَا رَدَّ هَذَا، فَقَالَ: إنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ.
وَأَتَى الأَعْمَى في صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ: رَجُلٌ مِسْكينٌ وابنُ سَبيلٍ انْقَطَعتْ بِيَ الحِبَالُ في سَفَرِي، فَلا بَلاَغَ لِيَ اليَومَ إلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسأَلُكَ بالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَركَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا في سَفري؟ فَقَالَ: قَدْ كُنْتُ أعمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللهِ ما أجْهَدُكَ اليَومَ بِشَيءٍ أخَذْتَهُ للهِ - عز وجل. فَقَالَ: أَمْسِكْ مالَكَ فِإنَّمَا ابْتُلِيتُمْ. فَقَدْ رضي الله عنك، وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيكَ» مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
و «النَّاقةُ العُشَرَاءُ» بضم العين وفتح الشين وبالمد: هي الحامِل. قوله:
«أنْتَجَ» وفي رواية: «فَنتَجَ» معناه: تولَّى نِتاجها، والناتج لِلناقةِ كالقابِلةِ للمرأةِ. وقوله: «وَلَّدَ هَذَا» هُوَ بتشديد اللام: أي تولى ولادتها، وَهُوَ بمعنى أنتج في الناقة، فالمولّد، والناتج، والقابلة بمعنى؛ لكن هَذَا لِلحيوان وذاك لِغيرهِ. وقوله: «انْقَطَعَتْ بي الحِبَالُ» هُوَ بالحاءِ المهملةِ والباءِ الموحدة: أي الأسباب. وقوله: «لا أجْهَدُكَ» معناه: لا أشق عليك في رد شيء تأخذه أَوْ تطلبه من مالي. وفي رواية البخاري: «لا أحمَدُكَ» بالحاءِ المهملة والميمِ ومعناه: لا أحمدك بترك شيء تحتاج إِلَيْه، كما قالوا: لَيْسَ عَلَى طولِ الحياة ندم: أي عَلَى فواتِ طولِها.
65. Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi Saw.bersabda, "Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak, orang botak dan orang buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat kepada mereka. Ia mendatangi orang supak lalu berkata, "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang supak berkata, "Warna yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan dikaruniai warna yang baik dan kulit yang bagus. Malaikat itu berkata pula, "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Orang itu menjawab, "Unta." Atau katanya, "Lembu," yang merawikan hadis ini sangsi. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata, "Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini. "Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata, "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang botak berkata, "Rambut yang bagus dan lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikarunia rambut yang bagus. Malaikat berkata pula, "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia berkata, "Lembu." Iapun lalu dikaruniai lembu yang bunting dan malaikat itu berkata, "Semoga Allah memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini." Akhirnya malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata, "Keadaan bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang buta menjawab, "Yaitu hendaknya Allah mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua orang." Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan padanya. Malaikat berkata pula, "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia menjawab, "Kambing." Ia pun dikarunia kambing yang bunting. Yang dua ini dan yang ini juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang mempunyai selembah penuh unta dan yang satunya lagi mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi mempunyai selembah kambing. Malaikat itu lalu mendatangi lagi kepada orang supak dalam rupa seperti orang supak itu dahulu keadannya dan berkata, "Saya adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam berpergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna yang baik dan kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam berpergianku ini." Orang supak itu menjawab, "Keperluan-keperluanku masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya. Malaikat itu berkata lagi, "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah engkau dulu seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?" Orang supak itu menjawab, "Semua harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan mereka pun dari nenek-moyangnya pula." Malaikat berkata pula, "Jikalau engkau berdusta dalam pendakwaanmu, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula.
Malaikat itu selanjutnya mendatangi orang botak, dalam rupa seperti orang botak dulu yang hina dina, kemudian berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak permintaannya seperti halnya orang supak itu pula.
Akhirnya malaikat itu berkata, "Jikalau engkau berdusta, maka Allah pastiakan menjadikan engkau kembali sebagaimana keadaanmu semula." Seterusnya malaikat itu mendatangi orang buta dalam rupanya serta keadaannya , kemudian ia berkata, "Saya adalah orang miskin dan anak jalan, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam berpergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas namaAllah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam berpergian ini." Orang buta dahulu itu berkata, "Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan padaku. Maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah'Azzawajalla."
Malaikat itu lalu berkata, "Tahanlah hartamu, sebab sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu dan memurkai pada dua orang sahabatmu." [8] (Muttafaqalaih).
Dalam riwayat Imam Bukhari kata-kata La ajhaduka, yang artinya "Aku tidak akan membuat kesukaran padamu", itu diganti la ahmaduka, artinya: "Aku tidak memujimu sekiranya hartaku tidak ada yang engkau tinggalkan karena engkau membutuhkannya." [9]
66 - السابع: عن أبي يعلى شداد بن أوس - رضي الله عنه - عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بعدَ المَوتِ، والعَاجِزُ مَنْ أتْبَعَ نَفْسَهُ هَواهَا وَتَمنَّى عَلَى اللهِ». رواه الترمذي، وَقالَ: «حديث حسن». قَالَ الترمذي وغيره من العلماء: معنى «دَانَ نَفْسَهُ»: حاسبها.
66. Ketujuh: Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Nabi Saw., sabdanya, "Orang yang cerdik ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah, tanpa beramal shalih." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Imam Tirmidzi dan lain-lain ulama mengatakan bahwa makna daana nafsahu artinya membuat perhitungan pada diri sendiri.
67 - الثامن: عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم: «مِنْ حُسْنِ إسْلامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ». حديث حسن رواه الترمذي وغيرُه.
67. Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a., katanya, "Rasulullah Saw. bersabda, "Setengah daripada kebaikan keIslaman seseorang ialah apabila ia suka meninggalkan apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan padanya. Ini adalah hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lain-lain.
68 - التاسع: عن عُمَرَ - رضي الله عنه - عَنِ النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: «لاَ يُسْأَلُ الرَّجُلُ فِيمَ ضَرَبَ امْرَأَتَهُ». رواه أبو داود وغيره.
68. Kesembilan: Dari Umar r.a. dari Nabi Saw. sabdanya, "Janganlah seorang lelaki itu ditanya apa sebabnya ia memukul istrinya." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud danlain-lainnya.
Catatan Kaki:
[8] Sabdanya Nabi Saw. an-Naaqatut 'usyara, dengan dhammahnya 'ain dan fathahnya syin serta dengan mad (yakni dibaca panjang dengan diberi hamzah di belakang alif), artinya: bunting. Sabdanya Antaja dalam riwayat lain berbunyi Fanataja, artinya: Menguasai diwaktu keluarnya anak unta. Natij bagi unta adalah samahalnya dengan Qabilah bagi wanita. Jadi natij, artinya penolong unta betina waktu beranak, sedang qabilah, artinya penolong wanita waktu melahirkan atau biasa dinamakan bidan. Sabda Wallada haadzaa dengan disyaddahkan lamnya, artinya: Menguasai waktu melahirkannya ini, jadi sama halnya dengan Antaja untuk unta. Oleh sebab itu kata-kata Muwallid, Natij dan Qabilah adalah sama maknanya, tetapi muwallid dan natij adalah untuk binatang, sedang qabilah adalah untuk selain binatang. Adapun sabda beliau Saw.: Inqatha-'at biyalhibaalu, yaitu dengan ha' muhmalah (tanpa bertitik) dan ba' muwahhadah (bertitik sebuah), artinya: beberapa sebab. Jadi jelasnya: Sudah terputus semua sebab (untuk dapat memperoleh bekal guna melanjutkan perjalananku).
[9] Sama halnya dengan yang biasa diucapkan oleh orang banyak: "Laisa 'alaatbuulil hayaati nadamun," artinya: Tidaklahselain timbul penyesalan dalam sepanjang kehidupan ini, maksudnya ialah olehsebab sangat panjangnya masa hidupnya itu.
Penulis/Pewarta: Mualif
Editor: Abu Halima
©2024 Al-Marji
TAGS:
Berita Terkait
- Pendahuluan Pengarang, Imam Nawawi
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 1. Keikhlasan dan menghadirkan niat dalam segala perbuatan; ucapan dan keadaan yang nyata dan yang samar
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 2. Taubat
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 3. Sabar
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 4. Kebenaran
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 6. Ketakwaan
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 7. Yakin dan Tawakkal
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 8. Bertindak Lurus (Istiqamah)
- Bab 9. Memikir-mikirkan Keagungan Makhluk-makhluk Allah Ta'ala dan Rusaknya Dunia dan Kesukaran-kesukaran di Akhirat dan Perkara Yang Lain-lain di Dunia dan Akhirat Serta Keteledoran Jiwa, Juga Mendidiknya dan Mengajaknya Untuk Bersikap Istiqamah
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 10. Bersegera Kepada Kebaikan Dan Menganjurkan Kepada Orang Yang Menuju Kebaikan Supaya Menghadapinya Dengan Sungguh-sungguh Tanpa Keragu-raguan
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 11. Bersungguh-sungguh (Mujahadah)
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 12. Menganjurkan Untuk Menambah-nambah Kebaikan Pada Akhir-akhir Umur
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 13. Menerangkan Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan
- Terjemahan Riyadus Shalihin: Bab 14. Berlaku Wajar dalam Beribadah
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 15. Memelihara Kelangsungan Amalan-amalan
- Terjemahan Riyadhus Shalihin: Bab 16. Perintah Memelihara Sunnah dan Adab-adabnya
Baca Juga
- Terjemah Kitab Mukhtarul Ahadis: 28. Dua Perkara yang Dibenci Manusia
- Download Terjemahan Kitab Nashaihul Ibad (PDF)
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Tata Cara Talkin
- Khutbah Jumat: Tujuh Amalan yang Pahalanya Akan Terus Mengalir
- Zuhud itu Me-rileks-kan Jiwa dan Raga
- Terjemah Syarah Kitab Tijan Darori - Sifat Fathanah bagi Rasul dan Lawannya
- Terjemahan Kitab at-Tadzkirah: Kematian Merupakan Bencana yang Sangat Mengerikan
- Terjemah Kitab Mukhtarul Ahadis: 25. Menyebut-nyebut Nikmat
- Terjemah Syarah Kitab Tijan Darori - Sifat Tabligh bagi Rasul dan Lawannya
- Download Terjemahan Kitab Al Majmu` Syarah Al-Muhadzdzab Karangan Imam An-Nawawi